Anime dan Pedofilia


こんばんちわ!

Siapa ya yang di awal tahun bertekad mau aktif blogging lagi, tapi baru bulan keempat udah mulai jarang nulis lagi? Hahahahahaha /krik

Kalian tau? April di Jepang itu hectic banget! Nomikai sana~ Nomikai sini~ Demi ya itu yang nomikai abis event bowling di kantor, nggak nyangka banget selesainya bakal tengah malem! Nyantai sedikit aja dari acaranya kelar, gue bisa ketinggalan kereta terakhir =A= Padahal taun lalu nggak ampe tengah malem lho u_u Udah gitu besoknya masih ada yang namanya hanami. GILA LU ORANG-ORANG JEPANG!!!

Skip.

Okeh, berhubung pas lagi kepengen banget ngebacot tentang isu yang lagi segar-segarnya nih di kalangan pecinta kartun Jepang, sekalian aja lah ditumpahin semua uneg-uneg di sini. Biar puas gitu kan ya bisa ngebacot panjang lebar =))

Bahkan gue nggak tau mau mulai dari mana saking penuhnya kepala ini dengan uneg-uneg menyebalkan.

Jadi ya, hari ini lagi-lagi liat post mengenai emak-emak yang sok menggurui para pecinta kartu Jepang. Katanya sih nggak menyudutkan, nggak menyalahkan, tapi dengan gamblang bilang pedofilia akarnya dari kartun Jepang. Gue nggak ngerti deh ini emak-emak ngomong apaan. Nah, emak-emak tipe kayak gini nih ya, biasanya kalau udah nggak bisa berdebat lagi pasti bakal ngeluarin jurus pamungkasnya, yaitu "Pada belom punya anak sih! Jadi nggak tau gimana perasaan orangtua!" Duh, plis deh mak, nggak perlu punya anak untuk merasa was-was dengan pedofilia. Tapi jelas, lo harus punya wawasan luas untuk nggak asal komentar seenak jidat tentang apa yang jelas-jelas lo nggak ngerti dunianya.

Susah sih emang ya jaman sekarang dengan akses internet yang bisa diakses oleh siapapun. Udah gitu kita bebas mau posting apapun yang kita suka tanpa liat-liat sikon. Serius, yang namanya mau post sesuatu tuh ya, harus banget liat-liat dulu "wadahnya" apa. Lo mau posting komentar di post apa, jangan ampe ngaco nggak sesuai dengan post utamanya. Nah, contoh gampangnya di beberapa page meme, semuanya sih kalau kata gue, pasti ada aja komentar-komentar nyeleneh tentang jav misalnya. Atau lelucon seksis. Nah, manusia-manusia kayak gini nih yang bikin emak-emak kurang wawasan dengan dunia super sempit dan ogah liat-liat dunia lain makin berbahaya dari sekadar nyalain lampu sen kanan tapi beloknya ke kiri. Bahaya juga sih ini...

Dengan adanya akses internet, jaman sekarang semua orang bisa dengan mudah melihat apapun yang ada di dunia ini. Contohnya? Lagi heboh kartun-kartun porno, lalu dia cari lah itu kartun-kartun porno, lalu muncul lah sekian banyak judul kartun-kartun porno. Nah, gue yakin hampir seratus persen, emak-emak kurang wawasan ini pasti bakal berkomentar, atau mungkin lebih tepatnya meyakini kalau kartun jaman sekarang isinya porno semua. Kenapa? Karena yang dia temui dari pencariannya di internet, dia cuma liat kartun-kartun porno. Padahal ya, YA IYA LAH YANG MUNCUL KARTUN PORNO DOAAAANG. Yang lu cari kartun porno, ya yang keluar hasilnya sesuai yang lu cari, kartun porno.

Ditambah lagi, dengan adanya manusia-manusia nggak tau diri yang suka ngasih komen lelucon seksis di mana pun, kapan pun, dengan dalih "kan cuma becanda". Juga bocah-bocah salah gaul yang dikiranya mesra-mesraan itu keren banget dan seluruh dunia harus tau jadi harus banget di-share di SNS. Makin parah lah dunia orang awam.

Mak, Pak, Mas, Mba, dari dulu yang namanya kartun porno itu ADA. Mungkin dulu kurang terlihat ya karena nggak ada aksesnya. Kartun nggak melulu konsumsi anak-anak. Apapun itu, tergantung kontennya. Mau komik kek, mau kartun kek, mau drama kek, mau novel kek, mau film kek, kalau kontennya dewasa, ya untuk konsumsi dewasa.

Lanjut masalah pedofilia dan emak-emak kurang wawasan yang kelewat paranoid. Eh, jelas sih ya pasti jadi paranoid. Gue pun serem. Gile ya jaman sekarang, pedofil aja udah bisa terang-terangan.

Sialan banget sih emang ama si pedofil yang mengaku jadi pedofil karena suka nonton kartun Jepang. Nonton porno mah porno aja mas ==a Yah, di Jepang ini pun emang super banyak banget juga sih manusia-manusia freak. Yang kena imbasnya jadi para otaku yang suka dengan karakter loli.

Kenapa gue ketik miring? Karena sekarang ini kosa kata "loli" memiliki dua makna. Dua-duanya sama-sama singkatan dari kata lolita. Gimana ceritanya bisa punya dua makna? Dan bedanya apa? Mari kita bahas satu-satu.

Istilah lolita diambil dari sebuah film berjudul "Lolita". Dikisahkan, ada seorang anak perempuan cantik bernama Lolita yang mampu memikat hati para laki-laki dewasa. Nah, dari sini lah muncul istilah lolita untuk anak kecil perempuan yang seductive. Sedangkan kelainan yang diidap oleh pria dewasa yang menyukai anak kecil disebut dengan lolita complex atau lolicon.

Untuk penjelasan di atas udah cukup jelas gue rasa. Terus makna lain dari kata loli itu apa?

Karakter wanita dewasa (legal) berperawakan bak anak kecil.

Karakter tipe loli ini sering atau mudah ditemukan dalam kartun-kartun Jepang. Entah asal-usulnya kayak gimana sampai-sampai karakter tipe seperti itu disebut dengan loli. Untuk yang ini gue masih belum dapet pencerahan. Kalau berdasarkan asumsi gue sih ya, karena si karakter itu mirip anak kecil, para penggemarnya jadi disebut dengan lolicon. Lolita complex, suka dengan lolita, berarti si karakter itu lolita dong? Terus berlanjut sampai akhirnya seluruh umat manusia (yang akrab dengan dunia otaku doang sih) terbiasa dengan istilah loli sama dengan wanita dewasa yang mirip anak kecil.

Sialnya, seperti yang udah gue jabarkan diatas, sekarang ini banyak manusia-manusia nggak tau diri yang asal posting komen nggak pake mikir. Di post masyarakat umum, dia malah komen becandaan tentang loli. Ya ngamuk lah yang punya post. Udah si mamaknya histeris, dtambah lagi otaku-otaku yang nyerang si mamak karena mereka nggak merasa ada yang salah dengan kosa kata loli/lolita. Mereka taunya lolita itu bukan sebuah kosa kata yang memiliki makna negatif. Cuma tau istilah lolita yang sering dipakai di dunia mereka.

Jadi intinya, kedua kubu sama-sama katak dalam tempurung.

Gue pernah jelasin perihal kosa kata ini kepada seorang otaku di Facebook, dan dia berkilah "ya itu kan yang di film itu. Kalau aslinya bukan kayak gitu artinya." MEEEEEEENNN!! Yang namanya "diambil dari film" itu ya berarti filmnya duluan yang muncul, baru istilahnya! Istilahnya sendiri pun masih belum mengalami pergeseran makna. Istilah loli yang akrab di kehidupan otaku tuh emang hanya dipakai di dunia per-otaku-an. Masyarakat umum mah taunya ya makna aslinya yang nggak bagus itu.

Well apapun itu, yang kena imbasnya malah jadi kartun Jepang. Gue juga nggak mungkirin sih, kartun Jepang itu parah-parah. Banget. Yang kayak Anohana aja, ada fan service untuk lolicon. Belum lagi yang penuh dengan boing-boing ==a Bahkan mengingat kalau Card Captor Sakura itu paket lengkap aja rasanya...... Masa kecil gue dihabiskan dengan apa aja sih? Kok kayaknya yang bener cuma Digimon doang.

Tapi tetep aja, nggak bisa juga lo dengan semena-mena mengambil kesimpulan "anime sama dengan pedofilia". Coba tengok kartun-kartun kayak film-film Ghibli misalnya?

Lalu si bocah panda nggak kepikiran lagi selain Ghibli yang nggak masukin fan service.

Yah, kartun Jepang memang penuh sekali dengan fan service. Tapi tetap aja gue kesel dengernya kalau ada yang ngomong kartun Jepang bikin orang jadi pedofil. Bejat mah bejat aja lah. Nggak usah nyari-nyari kambing hitam.

Gue di sini sesungguhnya bukannya bermaksud untuk "membela" kartun Jepang. Demi deh, kartun anak ya buat anak-anak. Kartun remaja ya buat remaja. Kartun dewasa ya buat orang dewasa. Tolong banget kepada emak-emak di luar sana, tolong dipahami mengenai hal ini. Bukannya langsung asal main judge orang yang suka nonton kartun Jepang itu adalah pedofil. Nggak sopan tau! Emaknya nggak sopan gitu anaknya mau diajarin apaan ==a

Kok jadi keingetan temen anak gue yang masih bocah kecil tapi mainannya Final Fantasy....

Dan gue pun berdoa, semoga ketika nanti giliran gue menjadi emak-emak tiba, gue nggak jadi emak-emak cancer kayak gini. Udah nyusahin orang, malu-maluin diri sendiri pula. Yah, itu sih kayaknya masih bakal lama banget kejadiannya hahahahahaha

0 Comments