Pagi hari di Kediaman Heisei. Sudah hampir delapan tahun rumah besar tersebut dihuni oleh sepuluh orang pria tampan nan menawan tapi bodor kelakuannya. Mereka sudah saling mengenal dari sejak mereka masih kecil, namun mulai tinggal bersama di satu rumah kos yang dikelola oleh keluarga Morimoto ketika empat orang tertua dari kesepuluh pria tersebut baru saja lulus SMA. Keempat orang yang akhirnya akan tinggal mandiri, lepas dari orangtua itu sedang mencari tempat tinggal, ketika akhirnya mereka semua menerima tawaran untuk tinggal di kos milik keluarga Morimoto. Mendengar keempat teman mereka akan tinggal bersama, lima orang sisanya pun jadi tertarik untuk tinggal bersama juga di kos tersebut. Menyusul kemudian anak tertua dari keluarga Morimoto yang saat itu masih SMP, ikut tinggal bersama setelah merengek dan akhirnya diberi izin oleh orangtuanya.
Singkat cerita, Kediaman Heisei menjadi sangat ramai dihuni oleh sepuluh orang dengan karakter yang berbeda-beda. Tidak hanya ramai dengan canda dan tawa yang riang, tidak jarang juga mereka saling adu mulut atau bahkan adu otot hanya karena masalah sepele. Namun, itu semua justru membuat mereka menjadi semakin dekat dan mengerti satu sama lain. Mereka tak ubah layaknya sebuah keluarga besar.
Seperti cerita terdahulu, pagi ini pun Kediaman Heisei diawali dengan dering jam weker yang sangat berisik dari salah satu kamar penghuninya.
KRIIIIIIING KRIIIIIIIIING KRIIIIIIIING
"Buset dah Keito!! Jam weker lo berisik banget! Gue masih ngantuk ini!!"
"Iya, Yuya. Maaf, maaf. Kalau nggak begini, gue susah bangun soalnya."
--------------------------PAUSE--------------------------
Keito Okamoto. Cowok yang jago bahasa Inggris ini akhirnya memilih untuk menjadi guru bahasa Inggris di salah satu sekolah elit khusus perempuan di Shinawaga. Bentuk tubuhnya yang sempurna dengan otot-ototnya dan parasnya yang tampan, membuatnya menjadi salah satu guru terfavorit di antara siswi-siswi sekolah tersebut.
Yuya Takaki. Setelah beberapa tahun kerja serabutan sebagai part timer di berbagai toko, kini Takaki sudah memiliki pekerjaan tetap, yaitu sebagai bartender di sebuah bar yang terletak di Yokohama. Memang bisa dibilang jauh dari Tokyo, namun karena sudah terlanjur nyaman tinggal di Kediaman Heisei, Takaki rela pulang pergi Tokyo - Yokohama.
---------------------------PLAY--------------------------
Hari Senin, awal dari kegiatan seminggu ke depan. Okamoto bergegas menuju westafel. Pagi yang damai jika dibandingkan dengan masa-masa sekolah yang selalu penuh keramaian karena berebut toilet dan westafel. Kini mereka semua sudah terjun ke masyarakat dan memiliki waktu bekerja yang berbeda-beda. Seusai Okamoto bersiap-siap untuk berangkat mengajar, ia menuju ruang makan. Di sana sudah ada Chinen yang sedang menyantap sarapannya dan Yamada sedang memasak di dapur tak jauh dari ruang makan.
"Pagi Pak Guru!"
"Oh Keito, pagi! Nasi atau roti?"
--------------------------PAUSE--------------------------
Yuri Chinen. Cowok yang dulunya sangat dimanja oleh para penghuni Kediaman Heisei ini sekarang sudah tumbuh menjadi seorang pria cerdas dan sosok yang paling bisa diandalkan oleh teman-temannya. Chinen memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya di sebuah perusahaan besar, ia membuka usaha kedai di daerah Shinbashi bersama dengan Yamada.
Ryosuke Yamada. Dengan kemampuan memasaknya yang mumpuni, segera setelah modalnya terkumpul, Yamada membuka sebuah kedai bersama Chinen di daerah Shinbashi yang terkenal sebagai kotanya salaryman. Kedainya selalu ramai oleh pegawai swasta terutama pada jam makan siang. Namun pada hari Sabtu, terkadang kedainya ini justru ramai dengan wanita. Sampai detik ini, Yamada masih tidak mengerti dengan fenomena tersebut.
---------------------------PLAY--------------------------
"Ada lauk apa?" Tanya Okamoto sambil mengintip ke dapur, penasaran dengan masakan temannya hari ini.
"Yakisaba!" Alih-alih sang koki, Chinen lah yang menjawab pertanyaan Okamoto dengan semangat. "Tadi di pasar lagi ada ikan saba murah. Jadi kita memutuskan menu higawari* hari ini adalah yakisaba, sekalian untuk sarapan."
Mendengar jawaban dari Chinen dan mencium wangi yakisaba yang lezat, Okamoto menuju panci miso shiru untuk melihat isinya. Wakame dan tahu. Perfect! Lantas ia tersenyum ke sang koki, "Nasi!"
"Oke! Gue siapin ikannya.", balas Yamada sambil menyiapkan ikan panggang untuk Okamoto. Sedangkan Okamoto segera mengambil nasi dan miso shiru lalu membawanya ke meja makan. Di saat itu lah, terdengar gemuruh dari lantai atas.
"PAGI SEMUANYAAAAAA!!!"
"Pagi-pagi gini semangat amat sih lu!"
"Yuto, plis. Masih pagi. Gue nggak mau ya pagi-pagi gini udah ada tetangga yang protes karena lu berisik."
--------------------------PAUSE--------------------------
Yuto Nakajima. Cowok kelewat jangkung yang dianugerahi dengan paras menawan itu kini sukses menapaki dunia model, walau masih sebatas sebagai Dokumo (Dokusha Model; model yang muncul di majalah sebagai pembaca). Namun belakangan ini,tidak hanya di majalah fashion khusus pria, Nakajima mulai muncul sebagai model pria di beberapa majalah fashion wanita.
Hikaru Yaotome. Si mood maker. Fakta ini tidak berubah sedikit pun dari masih sekolah dulu. Yaotome selalu sanggup membuat keadaan rumah menjadi ceria. Cowok pecinta musik ini sekarang bekerja sebagai pegawai di salah satu toko musik di Shibuya.
Kei Inoo. Setelah lulus dari jurusan arsitektur Universitas Meiji, Inoo bekerja di sebuah perusahaan konsultasi desain bangunan dan interior. Tahun-tahun awal bekerja, cukup membuat suasana Kediaman Heisei menjadi agak suram karena stress yang dibawa oleh Inoo dari kantor. Belakangan ini akhirnya ia mulai bisa mengatur jadwalnya yang membuatnya kembali menjadi Inoo yang asbun dan aneh.
---------------------------PLAY--------------------------
"Benar kata Inoo-chan. Apalagi sekarang Yuya sedang tidur—"
BRAK! Belum selesai Okamoto berbicara, pintu kamar Takaki terbuka kasar. "Siapa lagi tadi itu suaranya kenceng banget." Si empunya kamar keluar dengan muka kusut. "Ni rumah nggak bisa biarin gue tidur dengan nyenyak apa ya." Sembari merengut, Takaki ikut bergabung di meja makan. Melihat teman-temannya sarapan dengan lahap, membuat perut Takaki keroncongan. Yamada dengan sigap segera menghampiri Takaki, menyiapkan sarapan untuknya.
"Maaf ya Takaki-kun. Gue terlalu bersemangat karena akhirnya bisa kerja bareng model terkenal hari ini." Nakajima yang akhirnya menyadari kalau volume suara yang ia keluarkan terlalu besar merengut karena diomeli dua orang, Inoo dan Takaki.
"Model siapa?" Tanya Hikaru penasaran.
"Airi Suzuki! Hari ini ada pemotretan dari majalah Ray edisi spesial kencan musim panas!!" Ujar Nakajima semangat, kembali mengeluarkan volume suaranya yang besar. Pairing lama bersemi kembali ihiy~ Mari lupakan Fuma untuk sejenak~
Hikaru hampir saja tersedak mendengarnya. "Yang jago nyanyi itu kan? Bikin sirik aja... Enaknya yang model..." Nakajima nyengir bahagia.
Begini lah pagi hari di Kediaman Heisei. Tidak seramai ketika mereka masih sekolah, namun suasana hangat masih tetap berada di sana. Tujuh orang itu asik mengobrol sembari menikmati sarapan pagi. Masing-masing menceritakan kehidupan mereka seperti senior di kantor yang menyebalkan atau pelanggan yang terlalu berisik. Tak lama berselang, kembali terdengar suara langkah kaki dari lantai atas.
"Yabu-kun makan apa sih kok bisa bikin lirik sebagus ini..."
"Menu makan kita sama aja lho Ryu."
--------------------------PAUSE--------------------------
Ryutaro Morimoto. Si bungsu. Bocah SMP yang dulu memohon-mohon untuk tinggal terpisah dari orangtua dan memilih untuk bersama dengan teman-temannya di Kediaman Heisei ini, kini sudah tumbuh menjadi seorang pemusik muda. Ia membentuk sebuah band bersama teman-temannya semasa SMA. Saat ini band tersebut sudah menelurkan tiga single dan satu album. Selain itu, kini ia juga membantu orangtuanya mengurus Kediaman Heisei.
Kouta Yabu. Sang kepala suku. Menyandang gelar sebagai penghuni tertua di Kediaman Heisei. Yabu selalu bersikap dengan kepala dingin di awal-awal ia mulai tinggal bersama teman-temannya rumah besar ini karena ia merasa bertanggung jawab sebagai penghuni yang paling dewasa. Namun semakin lama ia bersama kesembilan penghuni lainnya, Yabu justru mulai memperlihatkan dirinya yang sebenarnya. Sedikit ceroboh dan kekanak-kanakan. Yabu kini bekerja sebagai penulis lirik dan penyiar radio. KNamun, kepada penghuni yang lain, ia menyembunyikan pekerjaannya sebagai penyiar radio.
---------------------------PLAY--------------------------
"Tapi hasilnya bisa beda banget ya..." Ryutaro menghela napasnya. "Kalau begitu, Yabu-kun suka baca buku apa aja sih? Siapa tau bisa jadi referensi." Tanya Morimoto semangat. Kalau mengenai band dan musik, Morimoto yang biasanya tidak bisa serius itu, bisa menjadi seserius Inoo ketika sedang mengerjakan denah rumah.
Yabu segera duduk di tempatnya begitu sampai meja makan. Morimoto mengekor dan sempat memandang sekeliling sebelum duduk. Lantas tersenyum. "Pas banget semuanya lagi ngumpul begini." Morimoto mengeluarkan sesuatu dari kantong tasnya. "Tiket live band gue hari Minggu ini. Kalau bisa pada dateng ya!" Ujarnya sembari membagikan tiket kepada para penghuni yang ada di ruang makan saat itu. Ng? Kok lebih satu tiketnya?
Morimoto kembali memandangi satu-persatu teman-temannya. Yabu-kun, Hikaru-kun, Yuto-kun, Chinen-kun, Keito-kun, Yamada-kun, Takaki-kun, Inoo-kun. Kurang satu.
"Dai-chan mana?"
Kedelapan entitas yang berkumpul di meja itu memandangi Morimoto. Tanpa aba-aba, mereka semua kompak menunjuk ke lantai atas. "Paling masih tidur kan?" Yamada mengeluarkan suaranya.
--------------------------PAUSE--------------------------
Daiki Arioka. Si kebo. Tak jauh beda dengan Yaotome, Arioka juga tidak berubah sedikit pun dari masa sekolah dulu. Masih sulit bangun pagi. Partner in crime Yaotome. Sampai saat ini pun, di usianya yang sudah memasuki silver age, Arioka dan Yaotome masih suka iseng di rumah. Pekerjaannya sekarang adalah disk jockey di sebuah klub di daerah Harajuku.
---------------------------PLAY--------------------------
Kesembilan orang itu memandang langit-langit, membayangkan Arioka yang sedang tertidur pulas saat ini. Yah, kalau mengenai betapa kebluknya seorang Daiki Arioka sih mereka semua sudah paham, atau mungkin lebih tepatnya "pasrah".
"Bukannya hari Minggu Dai-chan nggak ada jadwal show ya?" Tanya Morimoto heran. Sudah umur segitu, tetap saja tidak bisa bangun pagi.
"Katanya kemarin dia menggantikan temannya yang tidak bisa tampil. Jadi ya, mungkin dia baru tidur beberapa jam yang lalu." Jawab Inoo. "Gochisousama! Gue duluan yak."
BUK!!
Kesembilan orang itu kembali melihat langit-langit. Lalu saling melempar pandang satu sama lain. Pasti Dai-chan baru saja terjatuh dari tempat tidur, pikir mereka.
"Un! Ittekimasu!" Inoo kembali membuka suaranya, mengabaikan suara asing yang terdengar dari lantai atas seraya meraih tasnya dan menuju genkan (pintu depan), disusul oleh teman-temannya yang lain yang juga harus berangkat bekerja.
"Daiki biar gue yang urus deh. Sekalian tuh, piring kotor juga." Ujar Takaki ke Yamada dan Chinen yang masih berada di ruang makan. "Nanti telat siap-siap buka kedainya lho." Lanjutnya lagi.
"Makasih yak!" Ucap Yamada sambil menepuk pundak Takaki, kemudian bersiap berangkat ke kedainya.
Takaki memandangi meja makan yang penuh dengan piring kotor dan Ryutaro yang masih asik mengunyah rotinya. "Buruan makannya. Mau gue beresin nih, terus lanjut tidur lagi." Ujarnya dengan nada sok ngebos.
Morimoto mencibir mendengarnya. "Nanti gue beresin sendiri aja."
Takaki hanya membalas dengan anggukan. Ia pun mulai membereskan piring-piring kotor tersebut dan mencucinya.
Morimoto mencibir mendengarnya. "Nanti gue beresin sendiri aja."
Takaki hanya membalas dengan anggukan. Ia pun mulai membereskan piring-piring kotor tersebut dan mencucinya.
Satu lagi pagi yang damai berlalu di Kediaman Heisei. Hari-hari menghebohkan nan damai seperti apa lagi yang akan dilalui oleh para pennghuni Kediaman Heisi? Nantikan di cerita-cerita selanjutnya, khusus untuk memperingati sepuluh tahun debut Hey! Say! JUMP.
PS: Mari berdoa semoga bocah panda nggak mendadak kena writer's block.
*Menu higawari: Menu makan siang khusus di hari itu. Biasanya jauh lebih murah dibanding menu normal.
0 Comments